Kaleidoskop 2011

Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2011. Dalam beberapa jam, seluruh kalender di rumah ini akan diganti kalender baru. Mengulang tradisi yang telah gw lakukan pada hari yang sama tahun lalu, gw akan sedikit merekap momen-momen penting yang pernah gw alami pada tahun 2011 ini.


Source: http://bit.ly/ta3Dd3


Januari


Februari

  • The start of something new. Berkantor di Sekretariat DAK Bappenas, Wisma Bakrie 2.
  • Farewell gw dan Prio di Segarra Ancol, disaat beberapa orang mulai bertransformasi menjadi OPB (On Party Basis). Makan sore sampe malem seharga 1,2 juta dengan rasa makanan bak pepsoden.
  • 7 Februari: Ultah Papa dan ultah febri. Febri dirampok mentraktir di Sushi Tei Plaza Indonesia.
  • Rumah di Jambi dijual. Dua weekend berturut-turut pulang ke Jambi untuk terakhir kalinya.
  • Papa mama pindah permanen ke Depok. Alhamdulillah.


Maret

  • Bersama para OPB Nonton Nusa Silang Budaya, choirnya Swares. Lokasi: Goethe Institute, Menteng.
  • Mengunjungi Room for Dine punya Nia di Bogor.
  • 11 Maret: Ultah Mama dan Ronsi. Ronsi traktiran di Pizza Hut Djakarta Teater, kemudian dilanjutkan dengan ritual.
  • Sakit hati gak lolos Eiffel Scholarship
  • 29 Maret: Ultah kumkum, traktiran di Hong Kong café.
  • Pemindahan asset rumah Jambi, beli rumah Narasoma hanya dalam hitungan hari.


April


Mei

  • Workshop IELTS selama 5 hari di IDP Kuningan bersama Isa dan Qisha.
  • Trilateral meeting di Aston Rasuna.
  • Tes IELTS kedua di Pondok Indah. Hasil tidak terlalu menyenangkan. Writing oh writing..
  • Sebuah mimpi jadi kenyataan: sebuah MacBook White menjadi milik gw.
  • Tim SekDAK outing rapat keluar kota pertama: Aston Marina, Dago Pakar, Bandung.
  • Lolos seleksi pertama BGF, wawancara di SCAC menteng.


Juni

  • Long weekend yang luar biasa: Bandung bersama keluarga, Universal Studios Singapore bersama GHK.
  • Lolos BGF. Walaupun dengan sedikit kekecewaan akibat kebodohan sendiri. Tapi tetep Alhamdulillah..
  • 8 Juni: Ulang tahun pernikahan Papa dan Mama yang ke 31.
  • Nikahan Mbak Diah di Gedung Wanita Tangerang.
  • Makan siang OPB di Warung Lekko, menyambut kedatangan Kiki dan Agnes, sekaligus farewell Rhita.
  • Farewell Tio di Sushi Tei Senayan City. Entah kenapa tiba-tiba dari ruangan sebelah ada segerombolan Piggies yang lagi makan sushi juga.


Juli

  • Pertama kalinya menjejakkan kaki di bumi Celebes. Perjalanan hingga ke teluk Bone dan Trans Studio Makassar.
  • Pernikahan Mbak Adit di Sasono Utomo TMII.
  • Farewell para sahabat bersama sahabat: Isa, Qisha, Mete, Riri. Tujuan kawah putih dan Trans Studio Bandung.
  • 20 Juli: Happy birthday Me.. Traktiran di Sushi Tei Pondok Indah dan dapet sweater (lagi), hehehe..
  • Dapet kado ultah dari BCA: HP Nexian touch.
  • Melepaskan KGSP dan memutuskan untuk mengambil BGF


Agustus

  • Farewell Arman di Demang Resto Sarinah.
  • Meja di sebelah gw di kantor akhirnya terisi oleh si Aria.
  • Presentasi hasil studi evaluasi tahap 1 di hotel Sheraton Bandung.
  • Buka puasa bersama IE 2005, lagi-lagi di Urban Kitchen Pacific Place. Dilanjutkan dengan ngopi di Coffee Bean FX dan McD STC Senayan.
  • Buka puasa bersama Dit. Otda Bappenas di Marche Grand Indonesia.
  • Buka puasa bersama OPB LPEM dan pertemuan kembali dengan Anggita dan Rima yang baru pulang. Lokasi: Warung Lekko Grand Indonesia.
  • Akikahan anaknya Caca, dilanjutkan dengan ngumpul di KFC Lenteng Agung.
  • Idul Fitri terakhir berempat. Shalat Ied mengikuti kalender Muhammadiyah di Lapangan Kukusan Depok.


September


Oktober

  • Pertama kali dalam hidup: Kehilangan Handphone. Blackberry Odin dicopet di kopaja P20.
  • Sebuah mimpi jadi kenyataan: sebuah iPhone 4 menjadi pengganti si Odin. Pembelian di emax Plaza Semanggi.
  • Beli pengganti Odin (lagi): Blackberry Curve 9250 di Ambasador.
  • Liburan impulsif ke Bali bersama Kakak tercinta. Disaat yang sama Bali diguncang gempa 6,8 skala richter.
  • Lolos beasiswa New Zealand.
  • Dapet teman baru dari Philipina.
  • Jalan-jalan bersama keluarga: Jalan pagi di Ancol, seaworld for the first time, lanjut Bogor.


November


Desember

  • Nonton Teater UI (A Midsummer's Night Dream) di TIM bersama keluarga tercinta.
  • Karaoke OPB (tapi gak banyak yang dateng) menyambut kedatangan Agnes (lagi) di Inul Pasfest.
  • 16 Desember: Ultang tahun Mete, traktiran menyusul beberapa hari kemudian di Sushi Tei Plaza Indonesia, diikuti dengan insiden penampakan di foto pada saat itu.
  • 18-12-2011: Ulang tahun sekaligus pernikahan Kakak. Saat dimana sedih dan haru jadi satu. Love you Sis..
  • Farewell Riri di Kitchenette Plaza Indonesia.
  • 30 Desember: hari terakhir kerja di Bappenas. Farewell gw dan Mbak Diah di Inul Pasfest. Many thanks Tim SekDAK Bappenas. Salah satu tim terbaik dalam hidup gw.
  • 31 Desember: gw menulis Kaleidoskop ini. Happy New Year lads..

"Scholarship Hunter" is My Middle Name

Berhubung banyaknya request dari beberapa rekan tentang bagaimana perjuangan gw dalam mencari beasiswa (brb muntah), berikut gw coba share sedikit pengalaman gw. Gw belum menjalani S2 nya, tapi setidaknya gw punya beberapa pengalaman yang bisa ditarik manfaatnya bagi yang sama-sama melakukan pencarian beasiswa :">



From Hero to Zero to Private

Bulan Agustus 2009 gw lulus S1, gw sudah bertekad mau melanjutkan S2 di bidang ekonomi dan dengan skema pembiayaan beasiswa. Untuk menjalankan tekad tersebut, gw berniat untuk tidak bekerja dan mempersiapkan berbagai keperluan terkait.

Lulus dengan predikat cumlaude dari salah satu universitas ternama di Indonesia dan puluhan pengalaman dan kegiatan semasa kuliah membuat gw pongah kalau gw akan dengan mudahnya dapet beasiswa tanpa harus punya pengalaman kerja professional.

Hingga akhir Desember 2009 gw masih terlena dengan santainya kehidupan. Gw masih menyibukkan diri dengan ngasdos dan ikut proyek kecil-kecilan untuk nambah uang saku. Bahkan gw masih sempet backpackingan ke lima negara di Asia selama dua minggu. Ceritanya dapat dilihat dalam postingan ini.

Selama periode tersebut, gw mengumpulkan beberapa surat rekomendasi. Orang-orang yang gw pilih diantaranya adalah Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti sebagai dosen yang gw asistenkan di mata kuliah Perekonomian Indonesia (tak lupa gw tambahkan embel-embel former minister for economic coordination), Prof. Suahasil Nazara sebagai dosen gw di kelas ekonomi regional dan pemberi kerja gw sebagai asisten dosen, dan Ibu Dr. Lana Soelistianingsih sebagai dosen senior dan pembimbing skripsi gw.

Satu bulan setelah kelulusan, bersama Banyu dan Isa, gw sempet daftar ADS walau hanya dengan ITP pas-pasan sebesar 570. Dengan persiapan seadanya, sudah barang pasti gw gagal di ADS tahun tersebut.

Pada pertengahan Januari 2010 gw baru ikut test IELTS. Keputusan ini pun juga karena ikut-ikutan Anggita. Tanggal 10 Januari 2010, tanpa persiapan berarti (gw hanya beli buku IELTS preparation dari Gramedia) gw mengikuti tes di IDP Pondok Indah. Alhamdulillah hasil yang keluar 13 hari berikutnya tidak terlalu mengecewakan. Overall band score 6,5. Cukup bagus untuk orang yang tidak persiapan sama sekali. Tapi sayangnya writing gw Cuma 5,5. Memang gw selalu punya masalah dalam menulis, baik dalam bahasa Indonesia apalagi bahasa inggris.

Berbekal surat rekomendasi dan IELTS, gw langsung mendaftar di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore. Gw juga mendaftar skema beasiswanya. Gw lolos seleksi berkas dan ikut seleksi ujian tertulis dan interview di hotel Sari Pan Pacific Jakarta. Sayang sekali gw gagal di tes kedua tersebut.

Selanjutnya gw mendaftar ke beberapa sekolah di Eropa. Kenapa? Karena beberapa skema beasiswa meminta Letter of Acceptance (LoA) sebagai salah satu dokumen yang harus dilengkapi. Beberapa sekolah tersebut berlokasi di Belanda yaitu University of Tilburg, University of Groningen, dan Universiteit Van Amsterdam. Empat sekolah lainnya berlokasi di Inggris yaitu University of Manchester, University of St. Andrews (sekolahnya Prince William), University of Edinburgh, dan University of Strathclyde. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut diantaranya karena mereka tidak mensyaratkan IELTS dengan “no band less than 6” dan tidak minta GRE. Alhamdulillah gw diterima di seluruh universitas tersebut, Cuma di University of Manchester gw diterima dengan conditional harus ikut semacam kursus bahasa karena writing gw 5,5.

Seluruh berkas dikirim secara langsung ke universitas-universitas tersebut. Ada cara yang efisien yang gw tempuh waktu itu. Gw (dan anggita) mengirimkan seluruh berkas yang sudah siap kirim dalam satu amplop besar ke alamatnya Caca. Kebetulan waktu itu Caca lagi S2 di University of Groningen. Tarif yang harus kita bayarkan adalah sekitar IDR700.000 (bagi dua sama Anggita). Dari belanda, caca mendistribusikan ke tujuh universitas di Eropa tersebut. Total biaya terutang ke Caca cuma sekitar IDR 360.000. Jadi total gw cuma kena sekitar IDR 700.000. Jauh lebih murah dibandingkan kalau gw harus kirim dokumen ke tujuh alamat yang berbeda di Eropa.

Setelah menerima LoA dari seluruh universitas tersebut, pada triwulan pertama 2010 gw mulai melamar beasiswa Stuned (pemerintah belanda). Gw mengapply sebagai asdos FEUI dengan pengalaman mengajar sekitar dua tahun (satu tahun setelah kelulusan). Selanjutnya juga gw mendaftar Fulbright dengan pengalaman kerja yang sama (Fulbright adalah satu-satunya skema beasiswa dan institusi yang gw daftar di Amerika Serikat. Gw, hingga kini, sangat tidak tertarik untuk belajar di AS). Gw gagal di kedua skema tersebut.

Pada triwulan kedua dan ketiga 2010, gw mulai kalap mendaftar beasiswa. Dimulai dari ADS (lagi), Erasmus Mundus (program Medeg), Huygens, NFP, KDI school of public policy Korea, DAAD, ADS, VLIR Belgia dan Eiffel Scholarship, dll. Pada saat itu gw mendaftar sebagai staf pengajar FEUI dan staf peneliti di LPEM FEUI. Dan semua usaha gw tersebut masih menemui jalan buntu.

Yang sedikit menyakitkan adalah kegagalan kedua di ADS. Pada ADS kali ini gw mendaftar dengan sertifikasi bahasa internasional (IELTS) dan dari jalur public. Artinya gw masuk dari lembaga milik negara. Gw masuk sebagai peneliti dan pengajar dari Universitas Indonesia, lengkap dengan surat rekomendasi dari Dekan FEUI dan Rektor UI. Tapi sayangnya bahkan seleksi berkas pun gw tidak lolos.

Memasuki tahun 2011, gw mulai bekerja sebagai staf Direktorat Otonomi Daerah Bappenas. Gw bukanlah orang yang segitu kepengennya untuk jadi pegawai negeri. Menerima tawaran bekerja di institusi pemerintah adalah salah satu manuver gw untuk mendapatkan beasiswa. Karena pekerja di institusi pemerintahan cukup menarik bagi para pemberi beasiswa. Dan hal tersebut cukup terbukti.

Awal tahun 2011, gw dihubungi oleh orang dari KDI School of Public Policy Korea yang menawarkan untuk memberikan gw rekomendasi untuk ikut serta di Korean Government Scholarship Program (KGSP 2011). Secara udah panik nggak kunjung dapet beasiswa, gw menerima tawaran tersebut. Di aplikasinya, selain sebagai staf pengajar dan staf peneliti di FEUI, gw menambahkan pekerjaan sebagai staf di Bappenas.

Kembali pada triwulan pertama dan kedua tahun 2011 gw kembali mendaftar di beberapa skema beasiswa:

  • Chevening (pendaftaran online, LoA lebih disukai walaupun tidak menjadi persyaratan)
  • Stuned (harus ada LoA, gw masukin LoA dari University of Groningen, tapi harus ada pernyataan dari Badan Kepegawaian Nasional kalau mau masuk sebagai kandidat dari kementerian; Seluruh dokumen dikirim ke kantor Nuffic Nesso di Gatot Subroto)
  • Fulbright (tidak harus ada LoA; surat rekomendasi menggunakan form khusus dan harus dikirim langsung oleh pemberi rekomendasi; Seluruh dokumen dikirim ke kantor Aminef di kawasan Sudirman)
  • Beasiswa Unggulan Calon Dosen (harus ada LoA, gw masukin LoA dari University of Southampton; harus ada surat perjanjian kerja dari rektor; Seluruh dokumen dikirim ke Ditjen Dikti di kawasan Senayan)
  • BGF (ada LoA lebih disukai, gw masukin LoA dari University of Rennes 1 Perancis; Seluruh dokumen dikirim ke SCAC di Menteng)
  • New Zealand (tidak perlu LoA, gw pilih University of Auckland sebagai pilihan pertama; seluruh dokumen termasuk akta kelahiran harus ditranslate kedalam bahasa inggris dan dilegalisir oleh notaris; Seluruh dokumen dikirim ke kedutaan besar NZ di kawasan Senayan)
  • Dan beberapa beasiswa lainnya.

Sebagai persiapan, pada tanggal 7 Mei 2011, gw, Isa, dan Qisha ikut test IELTS lagi di tempat yang sama. Bedanya kali ini kita ikut workshop selama 5 hari sebelum test dimulai. Sayangnya hasil yang keluar untuk gw tidak terlalu mengesankan. Writing tetap pada posisi 5,5 walaupun overall band naik menjadi 7.

Setelah dua tahun, akhirnya perjuangan gw berbuah manis. Setelah melewati beberapa kali seleksi (termasuk wawancara via telpon dari korea dan tes kesehatan) di KGSP, untuk pertama kalinya gw lolos beasiswa tersebut dan siap berangkat pada bulan Juli 2011. Kondisi yang harus gw lalui adalah kursus bahasa korea di Hankuk University di Seoul selama setahun, dilanjutkan dengan program S2 selama 2 tahun di KDI School of Public Policy.

Tidak lama setelah melewati proses wawancara, gw pun kembali lolos di program BGF, untuk program yang dimulai September 2012. Kenapa 2012 amat ya? Ternyata gw melakukan kesalahan pada saat wawancara, gw dengan sotoynya bilang kalau uang sekolah gw adalah EUR 11.000 per tahun. Angka tersebut cuma asal sebut aja karena di Belanda uang sekolah per tahun kurang lebih segitu. Waktu wawancara, ketiga pewawancara segitu terkejutnya ngedenger tuition fee gw. Ternyata oh ternyata, Pemerintah Perancis mensubsidi universitas negeri dan faktanya adalah tuition fee untuk University of Rennes 1 hanyalah EUR 400 per tahun. No wonder mereka segitu kagetnya.

Tuition fee tersebut jauh diluar kemampuan BGF, makanya mereka memberikan opsi ke gw untuk berangkat tahun berikutnya, dan pindah ke university yang lebih murah dengan bahasa pengantar bahasa perancis. Selama satu tahun sebelum keberangkatan, mereka akan membiayain kursus bahasa prancis gw.

Walaupun gw sudah mengakui kesalahan tersebut dan melakukan klarifikasi, sekaligus memohon-mohon untuk bisa diberangkatkan tahun 2011, mereka sudah terlanjur memilih 4 orang yang akan berangkat tahun 2011 dan mereka tidak punya kemampuan lebih untuk memberangkatkan tambahan satu orang. Jadi gw harus bersabar selama satu tahun lagi.

Gw mulai bimbang dihadapkan dengan pilihan antara Korea dan Perancis. Korea memberangkatkan gw lebih cepat, tapi ranking sekolah tidak terlalu bagus dan jalan-jalan tidak terlalu fenomenal. Sedangkan Perancis mengharuskan gw bersabar satu tahun lagi, tapi dengan ranking sekolah yang tidak terlalu jelek dan jalan-jalan yang sangat gw idam-idamkan selama ini.

Akhirnya setelah berbagai macam pertimbangan, gw harus melepas Korea dan bersabar satu tahun lagi untuk berangkat ke Perancis.



Gw gagal di Beasiswa Unggulan Calon Dosen simply karena suatu alasan konyol: BERKAS GW HILANG. No comment..!!

Karena gw sudah mendapatkan kepastian beasiswa ke Perancis, akhrinya gw memutuskan untuk tidak mendaftar DAAD dan ADS untuk tahun ini.

Sekitar bulan Oktober akhir, gw mendapatkan kabar kalau gw kembali lolos beasiswa pemerintah New Zealand yang gw apply pada bulan April. Cukup lama sehingga gw sempat berasumsi kalau gw gak lolos beasiswa tersebut. Gw lolos beasiswa dan juga lolos di program Master of Art in Economics, University of Auckland. Selain itu gw juga dipersiapkan untuk berangkat pada akhir Desember 2011 atau awal Januari 2012 karena gw harus mengikuti persiapan bahasa selama 6 bulan di Auckland, Graduate Diploma (setara bachelor) selama satu tahun dari Juli 2012 hingga Juni 2013 karena mereka tidak mengakui lulusan dari Universitas Indonesia, dan program master selama satu tahun dari Juli 2013 hingga Juni 2014. Mengingat jalan-jalannya Cuma bakal sekitar NZ atau Australia, seharusnya itu menjadi pilihan mudah antara NZ atau Perancis. Tapi fakta kalau University of Auckland terutama School of Economicsnya berada pada peringkat 40 dunia, dan University of Rennes 1 berada pada peringkat 220 dunia, semuanya menjadi sangat sulit.

Setelah berminggu-minggu memikirkan antara mana yang akan gw ambil, NZ atau Perancis, akhirnya (setidaknya hingga saat ini) gw memilih Perancis dan lagi-lagi harus melepaskan satu kesempatan beasiswa ke New Zealand.

Hingga hari ini (27 Desember 2011), gw masih memantapkan diri untuk menunggu 8 bulan menuju University of Rennes 1 sambil tidak lupa mempersiapkan aplikasi Chevening yang akan memasuki deadline pada 15 Januari 2012 nanti. Mohon doanya agar gw bisa kembali lolos di Chevening sehingga gw bisa mewujudkan mimpi gw dari kecil untuk bisa kuliah di Inggris, tepatnya di University of Southampton. Amin.


Noteworthy

Dari beberapa pengalaman gw mendaftar beasiswa tersebut, ada sedikit kesimpulan yang bisa gw bagi kepada para scholarship seeker.

  1. Buat yang masih kuliah, maksimalkan IPK. Klise memang, tapi bagaimanapun IPK tetap memegang peran penting dalam sebuah kriteria pemilihan seseorang untuk menjadi pemenang beasiswa. IPK adalah satu-satunya alat bagi juri untuk menilai prestasi akademis kita semasa kuliah.
  2. Buat yang juga masih kuliah, jangan kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Pengalaman organisasi, apalagi yang berhubungan dengan seni dan kegiatan sosial akan sangat-sangat menjadi nilai tambah dalam sebuah aplikasi beasiswa.
  3. Kalau IPK sudah terlanjur tidak bisa ditolong, coba dikompensasi dengan nilai sertifikasi lain. Usahakan sertifikasi bahasa internasional (IELTS atau TOEFL IBT) sudah ditangan dengan nilai minimal 6,5 untuk IELTS (no band less than 6) dan IBT 100. Kalau bisa punya GRE akan lebih baik lagi.
  4. Reference letter. Usahakan punya dari tiga sumber: Profesor (atau setidaknya dosen yang sudah Ph.D) yang pernah mengajar kita secara langsung, pembimbing skripsi, dan bos di tempat kita kerja sekarang.
  5. Motivation letter/personal statement. Beneran deh, ini adalah hal yang paling penting dalam sebuah aplikasi. Jangan sepelekan sama sekali. Tunjukkan kalau jurusan studi yang kita tuju sangat relevan dengan program studi yang kita ambil di jenjang pendidikan sebelumnya, relevan dengan pekerjaan kita saat ini, dan relevan bagi pembangunan Indonesia secara konkrit (browsing dulu silabus dari program studi yang kita tuju). Selain itu, tunjukkan juga kalau program studi yang kita tuju akan berpengaruh terhadap peningkatan karir kita di tempat kerja saat ini, dan kita pasti akan kembali ke Indonesia setelah lulus dari program studi yang kita tuju di luar negeri, ada perjanjian kerja (re-employment) akan jauh lebih menarik. Gampangnya, gw akan membagi periode hidup gw setelah lulus S2 menjadi tiga periode: jangka pendek (kurang dari 3 tahun: gw akan kembali ke kantor saat ini), jangka menengah (antara 3-5 tahun: gw akan melanjutkan studi ke tingkat doktoral), dan jangka panjang (lebih dari 5 tahun: gw akan membuka perusahaan konsultan sendiri atau jadi staf ahli di kementerian anu).
  6. Thesis proposal. Walaupun tidak semua program meminta adanya thesis proposal, adanya dokumen ini dalam aplikasi akan sangat menarik. Yang paling mudah temanya adalah kelanjutan dari skripsi. Dan kita harus punya argument tentang pentingnya aplikasi thesis tersebut di Indonesia. Perkara nantinya pas tesis beneran ganti tema sih gak masalah. Yang penting lolos beasiswanya dulu aja.
  7. Pengalaman kerja. Walaupun tidak semua beasiswa meminta adanya pengalaman kerja, tapi secara de facto pengalaman kerja adalah hal yang sangat menentukan. Gw sudah menjalani perjuangan mencari beasiswa tanpa pengalaman kerja professional dan hasilnya adalah nol besar. Pengalaman kerja selama 2 tahun setelah kelulusan adalah hal yang paling moderat. Jika IPK tidak terlalu menonjol, coba cari pekerjaan yang unik dan berdampak langsung kepada komunitas sosial. Entah bekerja di kementerian, atau jadi guru sekalipun.

Sekian sedikit sharing pengalaman gw dalam berjuang mencari beasiswa. Pastinya banyak orang yang jauh lebih sukses dalam memperoleh beasiswa, dan sekolah dan beasiswa yang lebih berkualitas daripada yang gw dapet. Tapi setidaknya ini yang gw alami. Semoga bermanfaat bagi yang membaca. Good luck..!!

REVERSAL

REVERSE..!! REVERSE..!!





*how labil I am..

Wa E Wa E O

Pernah liat video klipnya Yovie and His Friends yang Wa E Wa E O (Kita Bisa)? Kalau belum pernah lihat, bisa ditonton di Youtube.

Video tersebut intinya ingin mengobarkan semangat para atlet Indonesia yang akan berjuang di Sea Games 2011 yang akan berlangsung di Indonesia. Intinya KITA BISA..!!

Lirik lagu tersebut adalah sebagai berikut:


Wae wa e o, wae wa e o, wae wa e o, wae wa e o

Wae wa e o, wae wa e o, wae wa e o, wae wa e o


Aku di sini kau di sana, tak menghalangi jiwa kita

Dalam hangatnya sang mentari satukan jiwa dan hati

Berpegang tangan dalam mimpi yang sama

Dan tunjukkan kepada dunia


Kita bisa, kita pasti bisa

Kita akan raih bintang-bintang

Kita bisa jadi yang terdepan

Bersatu bersama dalam satu irama

Terbang meraih kejayaan, kita bisa!


Wae wa e o, wae wa e o, wae wa e o, wae wa e o


Menang kalah bukan masalah

Persahabatanlah yang terhebat

Senyuman hangat takkan terlupakan

Dan tunjukkan kepada dunia


Kita bisa, kita pasti bisa

Kita akan raih bintang-bintang

Kita bisa jadi yang terdepan

Bersatu bersama dalam satu irama

Terbang meraih kejayaan, kita bisa!


Kita bisa, kita pasti bisa

Kita akan raih bintang-bintang

Kita bisa jadi yang terdepan


Kita bisa, kita pasti bisa

Kita akan raih bintang-bintang

Kita bisa jadi yang terdepan


Bersatu bersama dalam satu irama

Terbang meraih kejayaan, kita bisa!


Wae wa e o, wae wa e o


Menurut pendapat gw, lagu dan video klip tersebut ditujukan hanya untuk mengobarkan semangat para atlet dari Indonesia, tanpa ada niatan turut mengobarkan semangat atlet dari negara lain. Tapi ada yang aneh dari salah satu scene dari video klip tersebut.

Kenapa ada bendera negara tersebut ya?? Apakah anak tersebut bajunya ketuker??



Bendera Singapura?? Mungkinkah youtube di komputer gw salah?? hahaha..

Galau H-2

H-2 Keputusan akbar, insyaallah semakin memantapkan hati menuju:

Ingenio et Labore

Bismillah..

Going Up North or Down South?

Postingan kali ini memiliki latar belakang kegalauan gw untuk memilih salah satu tawaran dari beberapa lamaran universitas yang berhasil gw tembus. Salah satu pertimbangan gw untuk memilih sebuah universitas adalah peringkatnya secara keseluruhan, dan peringkat bidang studi yang gw pilih di dunia.

Berikut adalah peringkat universitas yang akan gw tuju dan beberapa sekolah lain sebagai pembanding, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh QS Top Universities pada tahun 2011.
University of Southampton di Inggris, dengan motto Strenuis Ardua Cedunt, memiliki peringkat secara keseluruhan ke 75 dunia dan ke 207 untuk social science.




University of Melbourne yang memiliki motto Postera Crescam Laude, berada pada posisi 31 dunia dan ke 19 untuk social sciencenya.


Universitas Indonesia yang memiliki motto Veritas, Probitas, Iustitia memililiki peringkat secara keseluruhan ke 217 secara keseluruhan dan ke 122 untuk social science.


University of Tilburg dengan motto Understanding Society, berada pada peringkat ke 400an dunia dengan peringkat social science ke 97 dunia.


University of Paris 1 - Pantheon Sorbonne yang memiliki motto Omnibus Sapientia, Unicuique Excellentia memiliki peringkat ke 213 dunia dan ke 42 untuk social sciencenya.


University of Rennes 1 yang bermotto La volente de progressed, d'innover, d'entreprendre memiliki peringkat keseluruhan ke 450an.
National University of Singapore berada pada posisi ke 28 dunia dan ke 13 untuk social sciencenya.


University of Boston dengan motto Learning, Virtue, Piety berada pada posisi 70 dunia dan ke 107 untuk social science.
University of Auckland dengan motto Ingenio et Labore berada pada posisi ke 82 dunia dan ke 41 untuk social science.


Australian National University dengan motto Naturam Primum Cognoscere Rerum berada pada posisi ke 26 dunia dan ke 16 untuk social science.

The Land of Cendrawasih Trip: Priceless

Seperti yang sudah gw ceritakan di blog sebelumnya, pada saat di taksi dari bandara waktu kepulangan dari Palangkaraya, gw menerima konfirmasi tiket untuk keberangkatan monitoring ke Provinsi Papua di minggu berikutnya. Blog kali ini akan bercerita tentang perjalanan gw ke Bumi Cendrawasih tersebut.

Sehari sebelum keberangkatan, gw dapet tiket dari panitia via faks. Gw keselek waktu ngeliat harga tiket gw. Total tiket pulang pergi plus pajak untuk gw sendiri harganya IDR10.840.700. Dengan jumlah uang yang sama gw udah bisa pulang-pergi ke Paris naik air asia.


Tiket


Selasa, 20 September 2011

Sekitar jam 03.00 taksi yang sudah dipesan semalam sebelumnya sudah mangkal di depan rumah. Jam 03.45 gw naik ke taksi dan sampe di terminal 2F sekitar jam 04.00.

Sampe sana gw langsung cek-in dan dapet nomor seat 27A. Pesawat yang gw pergunakan adalah Garuda Indonesia nomor penerbangan GA654 tujuan Jayapura yang transit di Makassar. Pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-800 ER yang lengkap dengan personal entertainment system.

Gw shalat subuh di mushala di ruang tunggu. Sekitar pukul 04.45 pesawat boarding. Ternyata tim monitoring yang terdiri dari perwakilan Bangda dan Keuda Kemendagri juga duduk di sebelah gw. Jadinya agak kurang bebas deh selama perjalanan.

Take off sedikit delay sekitar pukul 05.15 WIB. Sarapan yang disediakan adalah omelet. Sekitar pukul 09.00 WITA pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Penumpang tujuan Jayapura dipersilahkan menunggu di pesawat atau turun ke ruang tunggu karena penerbangan akan transit selama satu jam.


Transit di Sultan Hasanuddin Makassar


Pada saat yang sama gw menerima email dari Bu Erna, kepala proyek gw di LPEM, yang mengingatkan kalau hari itu seluruh tim akan presentasi laporan bulanan bulan Agustus. Wtf? Padahal sebelumnya gak pernah ada pemberitahuan kalau akan ada presentasi tersebut. Walhasil lagi-lagi gw harus bolos gak ikutan presentasi.

Sekitar pukul 10.00 WITA pesawat take-off menuju Jayapura. Penumpang yang tersisa tinggal beberapa orang. Bahkan ada satu row yang kosong. Penerbangan selama sekitar tiga jam penuh dengan guncangan. Makan siang yang dihidangkan saat itu adalah nasi goreng.


Heading to Jayapura


Ketika pesawat mulai melakukan approach ke bandara tujuan, pesawat sedikit berputar-putar di kawasan tengah pulau papua tersebut. Pemandangan yang terlihat sungguh priceless, sungguh perawan dengan kabut-kabut, bukit yang ditutupin rumput ala bukit teletubbies, dan tentunya danau sentani yang luasnya minta ampun.


Papua Dilihat dari Pesawat


Setelah sekitar total 7 jam penerbangan, pukul 14.00 WIT pesawat mendarat di Bandara Sentani Jayapura. Sungguh pengen nangis haru rasanya, akhirnya gw bisa menjejakkan kaki di Bumi Cendrawasi, kawasan paling timur di Indonesia. Setelah puluhan tempat di berbagai negara gw pernah kunjungi, akhirnya hari ini seluruh pulau di Indonesia bisa gw jejaki.

Ekspektasi gw tentang Bandara Sentani langsung hancur begitu pesawat taxing menuju apron. Gw pikir gw akan mendarat di landasan pacu yang penuh rumput, masuk hall kedatangan yang terbuat dari kayu dan atap jerami, dan penuh dengan orang berkoteka. Ternyata bandara tersebut sungguh modern dan sibuk. Banyak banget pesawat hilir mudik. Baik itu pesawat komersil jet atau baling-baling, pesawat pribadi, atau pesawat kargo. Ruang kedatangan pun sangat modern. Ngalahin beberapa bandara di kota-kota besar lain di Indonesia. Banyak bule, walaupun orang local yang menjadi porter dan calo juga gak kalah banyak.


Kesibukan di Bandara Sentani


Pemandangan yang ada juga tak kalah mencengangkan. Dibalik atap bandara yang dibuat mirip dengan rumah adat Papua, terpampang bukit-bukit yang ditutupi awan. Kesempatan ini gak gw sia-siakan untuk foto-foto.


Bandara Sentani Jayapura


Gw dan tim yang terdiri dari empat orang dijemput sama orang Bappeda Provinsi Papua naik minibus punya Bappeda.

Bandara sentani ternyata terletak sekitar 70 km dari kota Jayapura. Perjalanan menuju ibukota ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam, melewati kota Abepura dan Kota Entrop. Perjalanan tersebut sungguh gak bisa dinilai. Singapura, Hongkong, Jepang, Australia, atau negara maju manapun gak bisa mengalahkan excitement gw kali ini. Pertama kalinya gw ngeliat peradaban suku yang sangat berbeda dengan yang pernah gw liat selama ini, tapi masih di dalam negeri.


Kota Abepura, Dari Bandara Sentani Menuju Kota Jayapura


Sekitar jam 16.45 WIT kita sampai di kota Jayapura. Ternyata hari itu hotel-hotel banyak yang penuh, karena pada saat yang sama banyak kementerian dari Jakarta yang bikin acara di Jayapura. Fakta baru yang gw temukan: kementerian suka menghabiskan anggaran dengan bikin acara di Papua, karena biaya per unit sangat besar, jadinya mereka gak perlu pusing untuk ngabisin anggara. Menyedihkan.

Pukul 17.00 WIT gw dapet hotel di hotel Papua di Jalan Percetakan No. 78 (telp: 0967-535800/531889/532900). Hotel ini hotel melati biasa dengan tarif IDR450.000 per malam. Sungguh mahal. Dengan tariff yang sama gw bisa dapet hotel bintang tiga di Jawa.

Setelah naro barang di kamar, kita berempat nyewa mobil untuk keliling kota. Mobil disewa dari hotel Aston dengan tariff IDR225.000 per tiga jam untuk mobil kijang Inova. Sebenernya ada angkot di Jayapura, tapi karena kita gak tau rutenya, dan karena tidak disarankan untuk naik angkot dengan alasan keselamatan sama orang hotel, jadinya kita memutuskan untuk sewa mobil aja.

Tujuan pertama adalah pasar di jalan Hamadi. Di jalan ini banyak penjual cinderamata khas Papua. Di toko pertama gw beli berbagai cinderamata khas Papua. Gw beli gantungan kunci bentuk koteka mini seharga IDR10.000, Koteka beneran IDR30.000, dan gelang-gelangan dari batu dan tulang seharga IDR15.000-40.000 untuk kakak gw. Selanjutnya di toko kedua gw beli batik khas Papua. Batik yang gw beli di toko ini terbuat dari bahan licin gitu, terlihat lebih bagus, apalagi dengan tinta emas. Harganya juga bagus, sekitar IDR250.000 per dua meter. Gw beli untuk gw sekeluarga.


Toko Cinderamata di Jalan Hamadi


Selanjutnya kita lanjut makan malam di kawasan pantai. Kita makan banyak banget seafood. Disini gw juga untuk pertamakalinya nyobain papeda. Sungguh gw gak bisa makan papeda. Berasa makan lem. Hahaha.. Total makan berlima (plus supir) sekitar IDR650.000. Memang mahal banget. Biaya hidup di Papua emang mahal sih btw.


Makan Malam di Pinggir Pantai


Habis makan malam kita menuju Toko Aneka Batik di dekat KFC. Toko ini menjual lebih banyak pilihan batik khas papua dibandingkan tokok yang di jalan Hamadi. Disini gw beli beberapa potong kain batik dengan bahan katun tanpa benang emas seharga sekitar IDR75.000. Sebagian besar titipan orang sih.

Setelah belanja batik kita kembali ke hotel. Tapi karena modem XL gw gak dapet signal, jadi gw menuju café Excelso yang hanya berjarak sekitar seratus meter dari hotel gw. Disana gw beli black coffee dengan tujuan ngerampok wi-fi.


Excelso


Sekitar jam 22.30 WIT gw kembali ke hotel dengan jalan kaki. Suasana udah sepi dan banyak orang yang ngeliatin gw. Gw cuek aja. Tapi ternyata ada cerita di balik itu semua yang akan dijelaskan esok harinya.


Rabu, 21 September 2011

Sekitar jam 07.00 WIT gw dan tim yang lain turun ke bawah untuk sarapan. Sarapannya sungguh sederhana, cuma ada nasi goreng dan telur mata sapi, dan roti bakar. Untuk minuman juga cuma ada teh dan kopi.

Jam 08.00 WIT kita berempat dijemput sama orang Bappeda kemarin dan mobil yang sama. Kita langsung menuju kantor gubernur Provinsi Papua untuk ketemu sama Sekda Provinsi Papua. Orangnya item banget. Papua asli. Setelah itu kita mengadakan forum DAK di kantor Bappeda yang juga berlokasi di kompleks kantor gubernur tersebut.


Forum DAK di Bappeda Provinsi Papua


Acara forum diakhiri dengan makan siang sekitar pukul 14.00 WIT. Setelah acara kita sempet ngobrol-ngobrol dulu dengan kepala pengendaliannya Bappeda. Lanjut kita ke pantai yang ada diseberang kantor gubernur untuk berfoto-foto. Setelah itu kita kembali ke hotel untuk istirahat.


Pantai di Depan Kantor Gubernur Provinsi Papua


Sekitar pukul 18.00 WIT kita dikasih pinjem mobil avanza plus supirnya oleh pihak Bappeda. Kita pergi Cuma bertiga, karena salah satu tim dari keuda ada acara lain di hotel sakura. Kita makan malam di pantai yang sama dengan kemarin, tapi di restoran yang berbeda. Kita makan di blue café, dengan menu yang sama: seafood. Kali ini sedikit lebih murah karena cuma makan bertiga dan pesananannya gak terlalu barbar. Untuk makan bertiga Cuma kena sekitar IDR200.000.


Makan Malam Kedua di Blue Cafe


Selesai makan kita diajak keliling-keliling kota Jayapura. Kita jalan ke bukit angkasa, tempat rumah-rumah dinas pejabat. Terus kita ngeliat stadion Mandala. Terus kita kembali lagi ke toko Aneka Batik karena masih banyak titipan yang belum gw beli. Total belanja batik gw selama di papua melebihi angka IDR2.000.000.. hahaha..

Di perjalanan pulang, sekitar puku 20.30 WIT, si supir bilang: “kalau bisa jangan terlalu malam pak, karena kondisi disini kurang kondusif kalau diatas jam delapan, suka ada yang tiba-tiba dipanah dengan panah racun, atau ada penembakan, atau banyak orang mabok yang suka membunuh kalau gak dikasih uang”. Waduh, pantesan kemarin malam gw diliatin waktu pulang dari Excelso ke hotel. Ck..ck..

Pernyataan si supir didukung dengan kenyataan bahwa waktu kita berhenti sebentar doang untuk beli pulsa, si supir di palak sama preman-preman disitu dimintain uang parkir. Padahal mobilnya gak literally parkir. Serem.. Untung semalem gak terjadi apa-apa waktu gw keluar malem sendirian.

Sampe hotel gw gak berani keluar lagi. Gw langsung kunci kamar. Seluruh fitur kunci yang ada gw pergunakan. Mati gaya deh di kamar hotel.


Kamis, 22 September 2011

Sekitar jam 06.00 WIT kita turun ke bawah sekalian cek-out dan sarapan. Menu sarapan tidak jauh berbeda dengan yang kemarin.

Jam 06.30 WIT supir yang semalam sudah tiba di hotel untuk mengantar kita ke bandara untuk pulang ke Jakarta. Perjalanan melalui jalan raya Abepura-Entrop ditempuh selama sekitar 1,5 jam karena masih pagi, belum ada macet. Gw sempet turun sebentar di perjalanan untuk berfoto di pinggir danau Sentani.


Danau Sentani


Sekitar pukul 08.00 kita sampai di Bandara Sentani. Check-in hall sungguh crowded lengkap dengan aroma “khas” timur. Tambahan informasi, jumlah penerbangan yang dilayani di bandara ini sangat banyak, terutama untuk penerbangan perintis dengan pesawat-pesawat kecil, karena untuk bepergian antar kabupaten di Papua harus ditempuh dengan pesawat.


Bandara Sentani Saat Kepulangan


Pesawat yang kita gunakan adalah Garuda Indonesia nomor penerbangan GA653 tujuan Jakarta yang akan transit di Timika dan Denpasar. Pesawatnya berjenis sama dengan waktu berangkat, Boeing 737-800ER yang juga dilengkapi dengan personal entertainment system.

Sekitar pukul 09.00 WIT pesawat kita boarding. Untuk naik ke pesawat kita harus naik shuttle bus, karena pesawat di parkir di tempat yang cukup jauh dari ruang tunggu.

Pesawat take-off tepat waktu pukul 09.25 WIT setelah antri cukup lama menunggu pesawat-pesawat lain yang mau take-off dan landing.

Penerbangan ke Timika ditempuh dalam waktu sekitar satu jam ditemani dengan snack.


Heading to Timika


Sekitar pukul 10.15 WIT pesawat approaching ke bandara di Timika. Sungguh kaget gw melihat kondisi alam Timika yang hancur karena limbah PT. Freeport. Sungai-sungai yang ada warnanya coklat lumpur dan ada satu kolam yang katanya bekas tambang perusahaan tersebut penuh limbah hasil produksi. Kolam lumpurnya Lapindo di Sidoarjo mungkin hanya sepersepuluhnya kolam bekas tambang Freeport tersebut. Sungguh menyedihkan.


(Katanya) Limbah PT. Freeport


Pukul 10.30 WIT pesawat mendarat di Bandara Mozes Kilanging di Timika. Bandara ini sangat sederhana, tapi jelas-jelas dibangun oleh PT. Freeport. Shuttle bus dan infrastruktur lainnya berlabel nama perusahaan Tersebut.

Di timika kita transit selama satu jam. Penumpang dipersilahkan turun ke ruang tunggu atau boleh juga menunggu di pesawat. Gw gak menyianyiakan kesempatan untuk menjejakkan kaki di Timika, walaupun hanya di bandara aja.


Bandara Mozes Kilangin, Timika


Sekitar pukul 11.30 WIT pesawat take-off lagi menuju Denpasar. Penerbangan menuju Denpasar ditempuh sekitar tiga jam. Untungnya penumpang dari Jayapura-Timika-Denpasar sangat sedikit. Jadilah gw duduk sendirian di seat no. 28 A-B-C. Di penerbangan ini juga disajikan makan siang dan snack.


Seat 28 A-B-C yang Kosong


Heading to Denpasar

Sekitar pukul 14.30 WITA pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai di Denpasar. Sama seperti transit-transit sebelumnya, selama satu jam tersebut penumpang dipersilahkan untuk turun ke ruang tunggu atau menunggu di pesawat.


Transit di Bandara Ngurah Rai, Denpasar


Selagi di ruang tunggu, gw iseng jalan-jalan di toko dan beli gelang-gelangan untuk si uni seharga IDR25.000.

Sekitar pukul 15.30 WITA pesawat kembali take-off menuju Jakarta. Kali ini pesawat penuh. Gw gak bisa senyaman beberapa jam sebelumnya. Di penerbangan ini kita Cuma dikasih makan siang (lagi) tanpa snack.


Pulaaaannnggg


Setelah sekitar 8,5 jam total waktu tempuh penerbangan, pukul 16.00 WIB pesawat akhirnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta di Jakarta. Sebelum berpisah, gw tuker-tukeran foto selama di Jayapura dari kamera mas Yacub orang bangda kemendagri. Gw pulang naik damri ke kampung rambutan dan nyambung taksi ke rumah.

Sekian pengalaman September Ceria gw. Dalam tiga minggu gw berhasil menjejakkan kaki di lima pulau utama di Indonesia. Jakarta (Pulau Jawa), Pangkal Pinang (sebagai proksi Pulau Sumatra), Palangkaraya (Pulau Kalimantan), transit Makassar (Pulau Sulawesi), dan Jayapura (pulau Papua). Plus Denpasar di Pulau bali sebagai bonus. Hehehe..