Kerja dan Jalan-jalan di Pangkal Pinang - Part 1

Cerita kali ini tentang kegiatan gw mengikuti seminar kantor di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Selasa, 6 September 2011

Jam 06.06 gw berangkat naik Commuter Line menuju Gambir. Sekitar jam 06.50 gw sampe di Gambir, ketemuan sama Bima yang juga naik commuter line yang sama, dilanjutkan dengan nunggu Fia yang naik commuter line berikutnya dan Aria yang berangkat dari rumah di Petojo. Sambil nunggu mereka dateng, secara gw gak sempet sarapan, gw jajan Dunkin Donuts dulu. Gw beli Beef Croissant dan Iced Thai Tea seharga IDR38.000,-

Kita naik Damri yang jam 07.30. Begitu Damri berangkat, gw iseng berbasa-basi nanya Bima (Bima yang ngurus akomodasi dan tiket kita): “yang berangkat pagi ini kita berempat aja ya?”; Bima: “hah? Berlima, sama mbak Anisa juga”. Permasalahan muncul disini. Hingga pagi ini Anisa berpikir kalau dia berangkat dengan pesawat sore, tapi ternyata ada miskomunikasi dan dia harusnya berangkat naik pesawat pagi jam 09.30 bareng dengan gw.

Serta merta gw ambil hp dan telpon Anisa untuk segera ke bandara. Untungnya ternyata dia udah siap packing dan udah beres-beres tinggal berangkat (ke kantor). DItambah lagi rumahnya ada di Tangerang, jadi deket ke bandara.

Sekitar jam 08.15 kita sampe di terminal 1B. Kita akan terbang ke Pangkal Pinang dengan pesawat Sriwijaya Air. Sayangnya Garuda penuh, jadi terpaksa naik maskapai tersebut.

Pesawat delay sekitar 15 menit dan landing di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang sekitar jam 10.30. Penerbangannya cepet banget, cuma sekitar 50 menit. Gw baru niat tidur, eh pesawatnya udah mau mendarat.


Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang

Rombongan peserta seminar di pesawat ini ada sekitar 13 orang, termasuk para bule pembicaranya. Kita dijemput dengan mobil avanza dari hotel, gw kebagian di kloter kedua.

Sampe hotel Aston Soll Marina kita langsung cek-in. Gw kebagian di kamar 528 bareng Aria.

Sekitar jam 12.30 kita cari makan siang. Setelah browsing dan rekomendasi Pak Bondan, kita mau coba restoran Mr. Asui yang beralamat di jalan kampong bintan dalam 93/12. Kita kesana naik mobil hotel yang sama. Lokasi restorannya ada di dalam gang kecil. Gak nyangka ada restoran yang terkenal di gang kecil seperti itu.


Makanan di Restoran Mr. Asui


Disitu kita makan ekor tenggiri, cumi goreng mentega, dan cah kangkung. Untuk ketiga menu tersebut kita harus bayar IDR189.000,- so so lah, tidak terlalu mahal tidak terlalu murah juga. Untuk rasa, kita cukup bingung kenapa restoran ini begitu terkenal, karena rasanya relatif sama dengan seafood lainnya.

Oia, pemilik restoran ini mengclaim makanannya halal. Awalnya kita sempet sangsi karena ornamen cina sangat kental di restoran ini.

Selanjutnya kita kembali ke hotel dengan mobil hotel dan istirahat sampe magrib. Jujur kali ini mati gaya banget berada di hotel di sebuah kota yang belum pernah gw kunjungi sebelumnya, tapi gak bisa kemana-mana karena gak ada angkot, taksi, ataupun transportasi umum apapun yang lewat di depan hotel.

Sekitar jam 17.00 gw telpon martabak Acau yang berlokasi di Jl. Mayor Syafie Rachman (seberang El John Plaza) di nomor 0812 7366139. Gw pesen martabak manis keju dan martabak telur bebek untuk diambil jam 19.00.

Setelah shalat magrib, kita telpon taksi PAS di nomor 085216709009 untuk menjemput di hotel jam 18.45. Setelah dijemput, ada kesalahpahaman antara kita dan supir taksi. Ternyata taksi di Pangkal Pinang tidak ada yang pake Argo. Semuanya taksi tembakan dengan tariff IDR50.000 sekali jalan menuju satu tujuan di kota. Mau gak mau harus bayar karena kita udah terlanjur naik. Untungnya makan malam tujuan dan martabak Acau tadi sejalan, jadi dia berbaik hati untuk berhenti bentar untuk ngambil martabak, terus ngedrop kita di tempat makan malam tujuan.

Tepat jam 19.00 kita nyampe martabak Acau. Harga satu martabak telur bebek IDR30.000,- dan martabak manisnya IDR18.000,-.

Selanjutnya kita langsung menuju pasar untuk makan Mie Bangka yang halal. Jangan ragu untuk bertanya kehalalan makanan di Pangkal Pinang, karena masyarakat yang mayoritas tionghoa ini sangat suka menggunakan babi di dalam makanan.

Kita semua makan mie Bangka (yang juga disebut mie kuah ikan) sehargaIDR8.000,- per porsi. Rasanya cukup unik dengan cita rasa sedikit manis.


Mie Bangka (Mie Kuah Ikan)


Setelah makan kita mau kembali ke hotel. Tapi ternyata taksi di Pangkal Pinang nggak ngider, hanya on call dan hanya berlaku kalau ada pendaratan pesawat. Angkot juga hanya ada sampai jam 17.00. dan jangan harap ada ojeg. Jadi ternyata semiskin-miskinnya orang di Pangkal Pinang, mereka pasti punya motor. Jadi jangan kaget kalau di suatu rumah ada 4 hingga 5 motor.

Karena mobil hotel juga gak bisa dipake, jadilah sekitar jam 20.00 kita memutuskan untuk jalan kaki ke hotel. Setelah mendaki bukit turuni lembah di jalan kota tersebut, kita baru sampe hotel jam……………… jeng jeng jeng jeng……… 22.00 saudara-saudara. Dua jam aja kita jalan kaki. Perkiraan mungkin sekitar 10km.

Sampe di hotel kita makan martabak dulu di kursi pinggir kolam renang. Si Vika juga ikutan makan martabak. Dia baru sampe Pangkal Pinang jam 22.00 karena dia berangkat dari Palembang sendirian.


Martabak Acau


Ternyata si martabak tersebut enak banget. Sebenernya yang jual di Jakarta juga banyak sih, tapi yang satu ini kayaknya lebih enak dibandingkan dengan martabak Bangka yang pernah gw makan di Jakarta.

Sekitar jam 22.30 kita kembali ke kamar. Sampe kamar gw ngerampok bandwidth wi-fi hotel untuk ngupdate software komputer sekalian ngupdate operating system gw jadi OS X Lion. Nanti akan ada review untuk topik operating system ini.

Sebelum mandi, gw ngobrol-ngobrol bentar sama si Aria sambil sedikit kembali ke penyakit masa labil dulu. Hahaha.. Gw baru tidur sekitar jam 01.00.



Bersambung ke posting hari kedua