Showing posts with label Pamer. Show all posts
Showing posts with label Pamer. Show all posts

Reuni SD Papandayan 2 Bogor

undefined undefined

Berawal dari diskusi di BBM grup, hari Sabtu, 23 April 2011 kemarin menjadi salah satu hari yang paling menyenangkan, karena gw bisa bertemu dengan temen-temen SD gw yang sudah terpisah selama 13 tahun. Akhirnya bertempat di Sagoo Resto Botani Square Bogor, kami kembali berjumpa.


Tidak terlalu banyak perubahan di muka, hanya ukuran tubuh dan suara yang berubah..


Dhani: Temen yang pertama gw kenal sewaktu gw pindah ke SD Papandayan 2 tahun 1995. Waktu itu rumah kita sempet deketan. Berangkat sekolah bareng, pulang juga bareng. Terakhir ketemu waktu lulus SMA, ketemu di kereta waktu gw lagi sibuk-sibuk OPK di UI.

Dhita: Dulu lumayan sering main bareng. Satu geng sama Shara dan Winny. Dari dulu sampe sekarang masih gak berubah, dengan setelan rambut sepunggung dan kulit putih. Terakhir ketemu pas lulusan SD.


Yandi: Setelah gw pindah ke Indraprasta tahun 1996, Yandi (dan Vidhan) adalah temen pulang gw kalau naik angkot 08. Lumayan sering main bareng. Terakhir ketemu pas lulusan SD.

Cici: Salah satu geng dari Radita, Puput, Cici, tipikal anak gaul pas SD. Lumayan sering main juga, dan sering berantem juga, hehehe.. Terakhir ketemu juga pas lulusan SD.


Faisal: Waktu SD agak beda peer. Tapi secara gw pernah tinggal di Bantarjati selama setahun, which is jadi tetangganya dia juga, otomatis juga jadi sering berangkat dan pulang sekolah bareng. Terakhir ketemu juga pas lulusan SD.


Untung: Sama seperti Faisal, lumayan deket karena gw pernah tinggal di Bantarjati. Dia juga pernah main ke rumah gw yang di Indraprasta. Yang gw gak bisa lupa dari seorang Untung adalah kepolosan dan keceplosannya. "Euh.. Jelema..!!" hahaha.. kata-kata itu kemarin muncul lagi. Gw juga terkhir ketemu Untung waktu lulusan SD.


Imam (dan ceweknya): Nah ini dia sohib gw. Temen sebangku gw. Imam pindah ke SD Papandayan 2 waktu kelas 5 setelah ibunya wafat. Mukanya gak berubah, cuma badannya udah kayak balon sekarang. Dulu sering banget pulang bareng jalan kaki. Terakhir ketemu pas SMA, gw pernah lewat di depan SMA dia (MAN 2 Bogor) dan papasan.


Destri: Si tomboy yang sekarang udah beranak. Rumahnya di Palayu. Dulu salah satu squad angkot 08 yang sering bareng sama Devia juga. Terakhir ketemu pas lulusan SD.

Sebenernya ada lagi Ega, Egi, Shara, dan Winny yang gak sempet kefoto. Si kembar Ega dan Egi juga adalah sohib gw. Egi duduk sebangku sama gw dan Ega sebangku sama Imam pas kelas 6. rumah mereka juga deket sama rumah gw yang di Indraprasta, jadi sering banget pulang bareng. Terakhir ketemu mereka juga pas lulusan SD.

Rencana berikutnya adalah cucurakan sebelum puasa tanggal 24 Juli 2011 mendatang. Semoga yang datang bisa lebih banyak lagi. Amin.

(again) Singapore and Kuala Lumpur Part 4

undefined undefined

Delapan bulan yang lalu kami membeli tiket AirAsia seharga IDR10.000, and now, here we are..


Di depan gerbang Singapore Botanic Garden


Papa dan Mama makan es potong di belakang Fullerton Hotel


Lagi ada pameran Merlion Hotel, jadinya si merlion tak terlihat


Grassland Bus, rute Singapura ke Kuala Lumpur


Traders Hotel by Shangri-La, difoto dari pintu belakang Suriah KLCC


Room 2003: Deluxe Twin Tower View


Pemandangan dari kamar hotel, Sempurna..!!!


Hop-on Hop-off Bus


Perayaan Orang India di Pasar Seni, Kuala Lumpur


Gerbang Istana Sultan Malaysia


National Mosque of Malaysia


Merdeka Square


Kuala Lumpur International Airport, bersiap bertolak ke Jakarta


KLM KL809, Boeing 777-300, tujuan Jakarta

Pencekik Leher

undefined undefined

Setelah melihat postingannya nabir yang tentang kebaya untuk wisuda, entah kenapa gw jadi tergerak untuk membuat postingan tentang dasi-dasi yang menumpuk, menunggu waktu untuk dicuci..


Ini adalah dasi-dasi yang gw beli beberapa bulan yang lalu. Kenapa tiba-tiba gw jadi beli dasi seperti ini? karena dresscode karyawan V*biz mengharuskan karyawan laki-laki menggunakan dasi. Walhasil gw harus punya beberapa warna biar mecing sama baju-bajunya, hahaha..

Diantara dasi-dasi tersebut ada beberapa yang palin berkesan:
  1. Dasi donal bebek warna biru. Dasi ini dibeli untuk dipake pas bokap sidang S3, dan perpisahan SMP.
  2. Dasi merah, dibeliin mpok gw, oleh-oleh dari australia.
  3. Dasi batik, dibeli di Jogja, kembaran sama k*mk*m (shame on me)
Berhubung gw sudah membebaskan diri dari perusahaan gak jelas yang namanya disamarkan diatas, maka otomatis dasi-dasi tersebut akan disimpan dengan rapi di lemari. Semoga gak akan terlalu sering dipergunakan, artinya?? hanya orang tertentu yang tau, hehehe..

Euis nu geulis..

undefined undefined

Hi there, meet Euis.. Lengkapnya Meuisha Siregar.. haha..

Si Euis


Gw udah punya kucing sejak lahir. Kucing2 pertama gw pas masih di jambi ada tiga, satu jantan dan dua betina. Yang jantan namanya lukas dan yang betina meli (melissa gilbert) dan afri. Gak lama muncul si michaelle. Pas sampe bogor, kucing yang pernah gw pelihara ada si Uke (hilang entah kemana) dan si Karucil (yang meninggal dengan tragisnya karena penyakit). Pas pindah ke depok dapet si Mi' (yang juga hilang entah kemana pas pindah rumah) yang kemudian digantikan dengan si Euis ini..

Sampe sebelum si Euis, semua kucing gw cuman kucing kampung. Baru si Euis ini yang berasal dari ras tertentu: Himalayan. Awalnya gw pikir dia persia, tapi ternyata kata dokter yang ngevaksin, katanya dia himalayan, terlihat dari hidungnya yang lebih mancung. Euis ini gw adopsi dari kak Iis, temennya kakak gw yang tinggal di bandung, bulan november 2009 kemarin. waktu itu umurnya baru 4 bulan, masih kecil udah jalan2 bandung jakarta, hehe.. Oia, nama aslinya sebenernya Mochi. Tapi berhubung dia mojang bandung, dan gw pengen melestarikan budaya sunda, jadinya namanya gw ganti seperti yang tertera diatas.

Nah, maksud keberadaan postingan kali ini adalah, mau menceritakan tentang vaksinasi si Euis, yang notabenenya pertama kalinya gw ngevaksin kucing. Secara sebelum2nya kucing kampung yang tidak terlalu penting untuk di vaksin, hehe.. Awal januari yang lalu gw ngevaksin si Euis pertama kalinya. Dia divaksin Panleukopenia, Rhinotracheitis, dan Calicivirus. Apa aja itu? silahkan googling sendiri aja ya, hehe.. Waktu itu gw vaksin di klinikhewan.com di daerah cibubur dengan Drh. Tini, sekalian grooming full. Biaya vaksin Rp150.000,- dan grooming Rp35.000,-

Selanjutnya, dia harus divaksin lagi untuk serum yang sama satu bulan berikutnya ditambah vaksin rabies. Yaitu tepatnya kemarin: 17 Februari 2010. Kali ini gw dapet dokter hewan yang lebih deket dari rumah, namanya Drh. Dian Ariesiana Widiastuti, dan kucingnya bisa dianter jemput. Petshop dan kliniknya ada di margonda dengan no telp: 021-7757883. Biaya di sini relatif lebih mahal, serumnya kena Rp180.000,- dan grooming full Rp40.000,- plus biaya anter jemput sukarela Rp20.000,- Tapi enaknya gw jadi gak perlu keluar, tinggal telpon dan tunggu hasilnya, hehe..


Euis yang lagi nyantai setelah pulang nyalon


Vaksin selanjutnya bulan februari tahun depan. Gw gak tau deh apa lagi yang di vaksin. Tapi kayaknya sih pengulangan yang kemarin, supaya dia tahan dari penyakit. Oia, jangan lupa minta label vaksin dan tandatangan dokter yang ngevaksin dia di buku keterangan vaksinasi internasionalnya, supaya ada bukti kalo kucing kita sudah divaksinasi.



Buku Vaksinasi internasional


Memang punya kucing ras cukup menjebol kantong. tapi kehadiran mereka membawa hiburan yang sangat sepadan dengan pengeluaran2 tersebut. Percayalah, hehe..

Bye.. bye.. old passport

undefined undefined

Berhubung beberapa bulan yang lalu gw pindah rumah, otomatis alamat di KTP gw berubah.. Dan repotnya gw harus mengurus segala identitas yang ada alamatnya, seperti SIM, NPWP, dan Paspor..

Sedihnya paspor yang baru setahun lebih gw bikin itu juga harus diganti, padahal baru ada beberapa cap dan belum ada visa yang tertempel sama sekali, hiks.. jadi gak bisa menambah jumlah koleksi di paspor tersebut deh.. *haha.. melow2 gak jelas kayak riri.. jijay*

Paspor halaman satu

Paspor halaman dua


Ngewarnain Peugeot

undefined undefined

walaupun mobil tua, tapi milik sendiri, hehe.. itulah yang bisa gw banggakan dari mbah Peugeot 405STi yang dengan setianya menemani gw kemanapun gw pergi untuk jarak tempuh melebihi kampus, hehe.. kalau ke kampus doang sih mending gw naik motor..

Nah, karena usianya yang sudah 13 tahun, wajar kalo detil2 si mobil ini udah mulai rusak. salah satunya adalah tulisan lambang peugeot dan tipe yang ada di belakang mobil ini.

Buat menyasatinya, gw beli spidol silver di gramedia seharga IDR24.000, terus gw warnain deh tulisan2 itu, jadinya seperti ini:



gak jelek kan, hehe.. tulisan tersebut kembali kinclong. sayangnya gw lupa buat ngefoto sebelum diwarnain, jadi gak bisa dibandingin..

well.. alih2 gw harus ganti aksesoris original yang harganya mungkin bisa jutaan, gw bisa memperoleh keindahan mobil gw hanya dengan 24ribu rupiah saja..

Revisi Bab 1 Skripsi

undefined undefined

Dalam beberapa dekade terakhir, banyak negara-negara di dunia mengalami krisis mata uang (currency crises), sebagian besar diantaranya adalah negara-negara berkembang yang berada di Amerika Selatan dan Asia. Krisis mata uang secara umum diartikan sebagai tekanan terhadap nilai tukar dimana terjadinya perubahan nilai tukar yang lebih buruk dari nilai tukar yang sebelumnya sehingga mengakibatkan terjadinya perbedaan yang sangat jauh antara nilai tukar yang baru dan sebelumnya.

Faktor kunci dalam krisis nilai tukar adalah fundamental ekonomi. Teori ini, dikenal sebagai teori generasi pertama, the first generation speculative attack models, diperkenalkan oleh Krugman pada tahun 1979 dengan mengatakan bahwa krisis mata uang disebabkan oleh fundamental ekonomi yang buruk. Setelah dikembangkan lebih lanjut dikemukakan teori generasi kedua, second generation models, dengan self-fulfilling crises yang mengatakan bahwa krisis dapat muncul pada negara yang fundamentalnya baik apabila pengambil keputusan merasa biaya untuk mempertahankan nilai tukar jauh lebih besar dari manfaat yang akan diperoleh. Teori terakhir, generasi ketiga, dikenal sebagai contagion effect theory. Teori ini mengatakan krisis dapat menular dari negara satu ke negara lainnya melalui hubungan perdagangan (trade link) ataupun kesamaan fundamental ekonomi.

Salah satu krisis nilai tukar terbesar yang terjadi di Indonesia adalah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997. Terdapat beberapa pandangan mengenai penyebab krisis tersebut, terutama terbagi menjadi dua pandangan utama. Pandangan pertama diungkapkan oleh Krugman (1998) dan Miskhin (1999) yang berargumen bahwa penyebab utama krisis tersebut adalah kelemahan fundamental ekonomi dan kebijakan yang tidak konsisten. Pandangan kedua yang diungkapkan oleh Radelet dan Sachs (1998), Furman dan Stiglitz (1998) menyatakan bahwa akar permasalahan krisis di Asia Timur adalah pure contagion dan pasar yang tidak rasional. Sedangkan pendapat lain dari Corsetti, Pesenti dan Roubini (1998) serta Djiwandono (1999) mengambil jalan tengah dengan mengajukan argumen bahwa contangion dan kelemahan fundamental ekonomilah yang menyebabkan terjadinya krisis di Asia.

Dampak yang paling signifikan dari krisis 1997 tersebut adalah depresiasi nilai rupiah dari sekitar Rp2.200 per dolar Amerika Serikat, hingga mencapai titik terendahnya sekitar Rp20.000 per dolar Amerika Serikat. Depresiasi rupiah mengakibatkan perbankan mengalami kolaps akibat ketidakmampuan sektor swasta membayar utang-utang berdenominasi dollar yang mencapai US$68 miliar pada akhir 1997. Utang tersebut kebayakan disumbang oleh utang korporasi non-bank (US$54 miliar). Sektor swasta ini kemudian juga dibebani oleh tingginya suku bunga perbankan akibat tingginya inflasi. Besarnya beban sektor perbankan maupun sektor swasta membuat rasio NPL (nett) melonjak hingga 34,7% dan CAR jatuh hingga -15,7% pada tahun 1998. Krisis di pasar finansial kemudian diikuti oleh krisis ekonomi akibat karena sektor riil tidak mampu mendapatkan pembiayaan yang cukup dari perbankan. Jatuhnya grade investasi Indonesia juga membuat investasi asing langsung enggan masuk.

Selain krisis mata uang tahun 1997 tersebut, Indonesia saat ini dibayang-bayangi krisis finansial global yang dipicu karena adanya perlambatan ekonomi global setelah terjadinya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Hal tersebut dikhawatirkan akan membawa dampak terhadap perekonomian Indonesia yang diawali dari krisis mata uang. Indonesia telah mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dari 6,3% pada tahun 2007 menjadi 6,1% pada tahun 2008 dan diprediksi hanya sekitar 5% pada tahun 2009. Selain penurunan pertumbuhan tersebut, pada bulan Oktober 2008 rupiah terdepresiasi dari posisi awal di kisaran Rp9.000/US$ menjadi sekitar Rp11.000/US$ .

Dalam setiap periode krisis, kerugian yang diderita oleh suatu negara biasanya tidak kecil. Untuk periode krisis 1997, Bhattacharyay (1999) mengestikamsikan kerugian kotor yang diderita oleh suatu negara dalam setiap periode berkisar antara 9% dan 20% dari PDB. Sebagai bayangan, kerugian yang diderita Indonesia pada periode krisis mata uang tahun 1997 tersebut dilihat dari sektor perbankan memakan biaya pemulihan dan restrukturisasi hampir 45% dari PDB (Suta and Musa, 2003). Biaya yang ditimbulkan oleh krisis keuangan mempengaruhi cadangan devisa dan output secara signifikan. Berdasarkan data yang dikeluarkan IMF tahun 1997, pertumbuhan GDP riil Indonesia sebesar 4,6% dan di tahun 1998 pertumbuhan tersebut hanya mencapai -13,7% yang dapat diartikan bahwa Indonesia harus menanggung biaya krisis sebesar 9,1%.

Krisis ekonomi dapat dihindarkan jika pemerintah mampu membaca sinyal akan ternyadinya krisis sehingga dapat mengantisipasi terjadinya krisis dengan kebijakan-kebijakan yang relevan, misalnya Indonesia pada krisis periode 1997 dimana sinyal yang terjadi adalah neraca berjalan yang negatif, terjadinya ekspansi kredit besar-besaran dimana kebanyakan dari kredit tersebut digunakan untuk investasi jangka panjang, serta para investor yang mulai meninggalkan Indonesia.

Kaminsky, Lezondo, dan Reinhart (2000) menyatakan bahwa tidak ada krisis yang terjadi secara mendadak. Ancaman akan datangnya krisis dapat dideteksi dengan melihat pergerakan indikator-indikator ekonomi baik mikro (posisi neraca pembayaran, pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan uang beredar) maupun melalui indikator-indikator makro (indikator perbankan, pasar modal, dan sektor riil). Krisis yang dialami oleh Indonesia dan negara-negara lain pun tidak terjadi secara mendadak. Oleh karena itu sangat relevan apabila dibangun sebuah metode peringatan dini (early warning system) dalam sebuah perekonomian sebagai alat penangkap sinyal-sinyal terjadinya gangguan terhadap perekonomian tersebut. Dengan demikian, penanganan yang tepat terhadap gangguan tersebut dapat mencegah terjadinya sebuah krisis dalam perekonomian tersebut dan biaya kerugian yang terjadi dapat diminimalisir.

Pengembangan model Early Warning System mulai banyak dilakukan setelah terjadinya krisis di tahun 1990-an. IMF dan ADB secara jelas menyatakan bahwa dibutukannya suatu perangkat early warning system untuk mendeteksi krisis secara dini. Sejak saat itu penelitian untuk menciptakan model early warning system mulai banyak dilakukan. Penelitian tersebut diantaranya adalah yang dilakukan oleh Kamisky, Lizordo, dan Reinhat yang telah mengembangkan leading indicator of currency crises (1998), Berg dan Patillo yang menggunakan model probit (1999), Goldman dan Sachs yang menggunakan model logit (1998), dan lain-lain.

Walaupun telah banyak metode yang dikembangkan untuk mengembangkan sebuah model yang dapat memberikan peringatan dini tersebut, masih belum banyak metode yang diterapkan dalam kasus Indonesia. Sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut kebanyakan menggunakan data negara-negara Eropa ataupun Amerika Selatan. Kalaupun terdapat penelitian dengan sampel Indonesia, penelitian tersebut menggunakan metode yang tidak aktual.

Adapun beberapa penelitian yang telah dikembangkan di Indonesia antara lain adalah leading indicator oleh Eric Alexander (2003), composite leading indicator oleh Tulus Tambunan (2002), dan lain-lain.

Design Rumah Depok

undefined undefined

Sedikit pamer design rumah yang udah gw rancang buat rumah barunya kakak gw di depok. Design rumah pertama yang bener2 dibangun, bukan hanya sekedar ngbangun di the sims, hehe..

Bikinnya pake corel draw X3 dan dengan bantuan visualisasi the sims. Terbukti kalo games juga bisa bermanfaat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari..

Ini rumah di daerah Kukusan Beji Depok, dengan luas tanah 129,6 meter persegi dan bangunan 48 meter persegi. Rumah sederhana dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 ruang multifungsi (bisa buat ruang tamu, keluarga, dan makan).

Singapore & Kuala Lumpur Trip - photo gallery

undefined undefined

Berikut adalah beberapa hasil jepretan kami selama di Singapura dan Kuala Lumpur, sedikit pamer, hehe..