Ekonomi Regional = Teori Rumah Tangga

Kemaren pas kuliah Ekonomi Regional, dosen gw Suahasil Nazara ngajarin tentang modelling dalam ekonomi regional. Salah satu modelnya namanya export-based model, dimana suatu perekonomian region itu dibentuk oleh 2 jenis sektor, yaitu sektor basis (sektor yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi region tersebut secara langsung, yang ditentukan secara eksogen oleh region lain) dan sektor non-basis (sektor yang mendukung keberlangsungan sektor basis tersebut, yang ditentukan secara endogen oleh region tersebut).

Contoh yang dia kasih adalah kalo misalnya di tembagapura sektor basisnya adalah kegiatan tambang, yang dijual ke region lain, jadinya tergantung kepada pendapatan region lain. Sedangkan contoh sektor non-basis adalah seperti rumah makan, tukang cukur, angkot, dll di tembagapura yang secara langsung dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi di dalam tembagapura itu sendiri.

Cukup teori regionalnya, bukan itu yang pengen gw bahas kali ini.

Yang menarik waktu itu si bapak sempet ngomong: “Sektor basis itu gak akan bisa berkembang kalo dia gak didukung oleh sektor non-basis, bakal frustasi dia, dan region tersebut harus mengimpor dukungan dari region lain”. Hmm.. dari situ gw ngeliat korelasi (lagi) antara ekonomi dan kehidupan manusia sehari2.

Analogi dalam kehidupan sehari2, dikerucutkan ke kehidupan rumah tangga atau sejenisnya, kalau satu pihak (baca: sektor basis) yang dianalogiin sebagai suami, gak didukung oleh pendukungnya (baca: sektor non-basis) yang gw analogiin sebagai istri, maka keluarga itu bakal jadi frustasi, dan butuh impor dari pihak lain, atau bisa dibaca sebagai selingkuh, hehe..

Terbukti kalo emang ekonomi itu indah karena ekonomi itu bisa menjelaskan semua fenomena yang terjadi di muka bumi ini (Sri Mulyani, 2005). Sepakat bu..