Postingan ini harusnya suda
diselesaikan dua bulan yang lalu, namun karena kesibukan yang menyita waktu,
baru bisa diwujudkan sekarang. Selamat membaca :D
Beberapa hari menjelang
keberangkatan
Tersebutlah Mete, temen se-peer-an gw yang sama-sama gila
jalan-jalan, berencana untuk nemenin si Neneng, temen SMAnya, untuk merawanin
paspornya yang baru jadi. Rute mereka adalah dari Jakarta – Singapura - Ho Chi Minh
City - Phnom Penh – Siem Reap – Bangkok – Kuala Lumpur – Jakarta.
Berhubung gw udah khatam sama Singapura dan Kuala Lumpur, gw
jadi gak tertarik untuk ikutan jalan-jalan di kedua kota itu dan berencana
untuk ketemuan di Ho Chi Minh City aja.
Sekitar lima hari menjelang keberangkatan, gw dapet
kepastian kalau selama 8 hari perjalanan tersebut, gw bisa izin dari kedua
kantor dan tidak ada agenda mendesak di kedua kantor tersebut. Selanjutnya
pencarian tiket di website Airasia, Jetstar, dan Tigerair dimulai. Tidak lupa
gw mencari akomodasi di website Agoda.
Rute yang gw tempuh dengan pertimbangan waktu dan biaya
minimal adalah sebagai berikut:
- Jakarta-Singapura (transit doang) menggunakan Jetstar dengan harga tiket USD 20 (IDR 180.000)
- Singapura-Ho Chi Minh City menggunakan Tiger Air dengan harga tiket SGD 63 (IDR420.000)
- Bangkok-Kuala Lumpur (transit) menggunakan Air Asia dengan harga tiket THB 1.640 (IDR 490.000)
- Kuala Lumpur-Jakarta menggunakan Air Asia dengan harga tiket MYR 144 (IDR 430.000)
Perjalanan antar kota di Indocina akan ditempuh dengan jalan
darat, jadinya kita nggak bisa booking tiket online, cuma bisa cari info dari
blog-blog orang.
Sabtu, 11 Februari 2012
Seperti biasa, pagi-pagi gw baru mencuci baju-baju yang akan
dibawa pergi. Sore baru mulai ngambilin baju-baju tersebut dari jemuran untuk
dimasukin ke tas. Seperti biasa, gw hanya membawa satu tas punggung karena gw
naik budget airline dan nggak beli checked-in baggage.
Penerbangan malam ini akan menggunakan maskapai Jetstar
tujuan Singapura dan gw memanfaatkan fasilitas check-in online, jadi begitu
sampe bandara gw tinggal bayar airport tax dan drop baggage (jika ada) di
counter khusus untuk penumpang yang udah check-in online. Boarding pass pun
dikirim ke email gw dan gw print sendiri di rumah.
Abis shalat magrib gw naik ke mobil. Rencananya gw mau
dianterin sama bokap ke pasar minggu untuk lanjut naik Damri ke bandara. Tapi
lain ceritanya ketika hujan merata dari rumah sampe mendekati bandara. Akhirnya
gw dianter sampe bandara sama bokap dan nyokap.
Hujan deras yang konsisten dari Depok sampe Cengkareng
ditambah dengan konsistensi dalam hal kederasan, sudah pasti bikin jalanan di
Jakarta banyak yang tergenang dan bikin macet dimana-mana.
Jam 21.00 gw sampe di bandara, agak sedikit deg-degan juga
karena super mepet sama waktu keberangkatan pukul 22.00. Gw langsung menuju
counter online check-in. Untungnya counter tersebut super sepi, nggak seperti
counter check-in manual biasa. Kalau gw harus check-in manual, sudah pasti gw
akan ketinggalan pesawat.
Setelah lapor di counter check-in online, gw langsung
meluncur ke imigrasi yang untungnya nggak terlalu ngantri, dan kembali
berlari-lari ke ruang tunggu di terminal D, which is lumayan jauh dari pintu
imigrasi.
Sampe di ruang tunggu, ternyata pesawatnya agak delay, jadi
gw bisa shalat isya dulu di mushala ruang tunggu. Sekitar jam 22.00 boarding
dan take-off sekitar pukul 22.30. Pesawatnya nggak terlalu rame, gw dapet di
jendela, centernya kosong, dan islenya ada mbak-mbak.
Minggu, 12 Februari 2012
Sekitar pukul 01.00 waktu Singapura, pesawat mendarat di terminal 1 Changi. Sebenernya ini penerbangan yang sama dengan yang gw pake waktu trip Asia tahun 2009 kemarin.
Seperti biasa, sambil menunggu penerbangan berikutnya pukul
07.45, gw menuju terminal 3 sambil sekedar jalan-jalan, internetan gratis,
pijet kaki, dan tidur di deretan kursi, di tempat yang sama seperti dua tahun
yang lalu.
Sekitar jam 06.00 gw menuju multireligion prayer room yang
ada di terminal 1 untuk shalat subuh. Pas shalat ada segerombolan anak muda
dari Surabaya yang juga mau shalat.
Setelah shalat subuh gw langsung menuju imigrasi dan menuju
budget terminal, karena penerbangan berikutnya ke Ho Chi Minh City (HCMC) akan
menggunakan tiger air.
Sayangnya tiger air pada saat itu masih belum melayani
online check-in dan gw terpaksa antri di counter check-in manual yang super
rame.
Setelah dapet boarding pass dan melewati imigrasi lagi, gw
internetan gratis di ruang tunggu, sambil memasang telinga kalau misalnya
pesawat gw boarding. Entah kenapa sampe jam 07.15 pesawat gw nggak
boarding-boarding juga, padahal ini maskapai asing dan penerbangan pagi yang
notabenenya jarang telat. Ternyata oh ternyata, gw nggak denger panggilan
boarding dan gw baru sadar pas ada pengumuman: “Attention to Mr. Muhammad Hanri
and Mr. XXXXXX (setidaknya nggak sendirian), this is your final call to board the aircraft, please proceed
to gate 8”.
Muampusss..!!! ternyata gw budeg.. langsunglah gw ngacir ke
gate 8. Pas nyampe, udah nggak ada orang yang ngantri lagi dan di pesawat semua
orang udah duduk dengan manis. Sialnya gw dapet di jendela, artinya gw harus
minta dua orang untuk berdiri lagi supaya gw bisa duduk. Mengalami kemaluan
deh..
Sekitar pukul 08.40 atau dua jam penerbangan, pesawat
mendarat di Bandara Tan Son Nhat di HCMC. Bandaranya nggak terlalu besar dan
agak minim petunjuk. Sebaiknya ikutin aja orang-orang yang baru turun dari
pesawat supaya nggak tersesat.
Tan Son Nhat International Airport
Setelah terbebas dari imigrasi, gw menuju money changer yang
ada di depan baggage claim. Ternyata Rupiah gw nggak bisa dituker disini,
terpaksa gw nuker US Dollar gw. Kebetulan gw membawa USD 100 dan IDR 1 juta. Gw
tuker USD 50 dan dapet sekitar VND 1 juta, wow.. langsung berasa orang kaya
megang duit setebel itu.. VND 1 = IDR 0,5 btw..
Di money changer ini juga gw “terpaksa” beli sim card
Vietnam (vinaphone) seharga VND 150.000 karena gw kira Indosat gw nggak dapet
signal, ternyata ada, cuma lagi searching aja.. -____-“
Setelah nuker duit dan beli sim card, gw keluar dan mengarah
ke arah kanan gedung menuju pemberhentian bis no. 152 yang akan membawa gw ke
Ben Thanh market di district 1 dimana hotel gw berada. Cara bayar bis di HCMC
sama seperti bayar tiket bis manual di Singapura. Masukin ke semacem celengan
dan si supir bakal ngasih slip nya. Tarif bis 152 ini VND 4.000.
Bis no. 152
Begitu bis keluar bandara, gw sungguh terperanjat dengan
jumlah motor yang super duper ultra masyaallah uber banyaknya. Pernah liat
jumlah motor yang ngantri lampu merah di perempatan matraman? Nah seperti
itulah kurang labih. Bedanya, di sepanjang jalan di HCMC, jumlah motornya
sebanyak itu. Phew..
Sekitar 30 menit perjalanan, sampailah gw di terminal bis
Ben Thanh Market. Dari terminal bis gw jalan ke arah taman yang berada di
sebelah kanan terminal. Jalan sekitar 1 kilometer sampailah gw di hotel yang
sudah gw booking dari Jakarta dengan menggunakan Agoda.
Hotel tersebut adalah Hotel 97 yang terletak di 97 Bui Vien
Street, District 1 – Pham Ngu Lao, HCMC. Gw akan menginap selama dua malam di
kamar fan dan kamar mandi di dalam.
Tarif per malam sekitar IDR 50.000. Dengan kondisi tersebut, harga yang
ditawarkan sih cukup sepadan, tapi kalau anggaran berlebih, gw sarankan cari
hotel yang lebih baik dan lebih bersih.
Kamar Hotel 97
Pas sampe di hotel sekitar pukul 10.30, ternyata kamar yang
akan gw tempatin masih ada orangnya, belom check-out, jadi gw diminta balik
lagi jam 13.00. Baiklah, sementara itu gw muter-muter di sekitar hotel aja.
Daerah Pham Ngu Lao ini semacem pusat keramaiannya turis
gitu. Kalau di Bali seperti daerah Kuta gitu. Sementara Bui Vien Street adalah
jalan yang penuh dengan hotel backpacker dan pub, seperti jalan Legian di Kuta.
Sementara nunggu check-in, gw jalan-jalan ke pasar
tradisional, gw beli es cincau seharga VND 4000, lanjut makan siang di KFC
(karena gw gak yakin dengan makanan tradisional yang ada di pinggir jalan). KFC
disini murah, gw makan dengan ayam dada mentok, nasi, sup, dan minum hanya
seharga VND 60.000. Konsep makannya pun cukup unik, pake sendok dan garpu.
Fine Dining KFC
Setelah makan KFC gw beli Mia Tac juice, air tebu dengan
campuran sirup strawberry seharga VND 13.000. Lumayan enak dan murah untuk
menyegarkan diri di siang hari.
Setelah jam menunjukkan pukul 13.00, gw menuju hotel untuk
check-in. Sampe kamar gw shalat zuhur dan ashar, terus istirahat sebentar.
Jam 15.00 gw keluar dari hotel dan memulai kegiatan keliling
kota dengan jalan kaki. Setelah minta peta kota dari orang hotel, gw mulai
menyusuri bagian selatan kota yang nggak masuk rencana perjalanannya si Mete
dan Neneng besok.
Oia, Mete dan Neneng pada hari ini masih berada di Singapura
dan akan tiba di HCMC besokannya. Seperti yang gw bilang sebelumnya, gw gak
tertarik untuk ikutan jalan di Singapura.
Gw mulai menyusuri jalan-jalan di HCMC, foto di Opera house,
beli es kelapa muda khas Vietnam seharga VND 30.000, menyusuri pelabuhan,
“ancol”, jembatan-jembatan, sampe gedung-gedung tua yang ada di bagian selatan
kota ini.
Salah Satu Gedung Tua di HCMC
Kelapa Muda dan Ibu Penjual Kelapa Muda
Setelah gelap, gw mulai bingung nyari makan malam halal.
Setelah muter-muter, akhirnya ketemu restoran yang memasang logo halal, yang
ternyata milik orang Malaysia dan baru buka beberapa hari.
Gw pesan Ifu Mie dan kopi Vietnam seharga VND 110.000.
Seperti biasa, kalau mau murah, biasanya nggak halal. Kalau mau halal, menjebol
kantong, hiks..
Setelah makan malam gw nongkrong di taman sambil ngeliatin
penduduk yang berolah raga. Banyak banget yang olah raga di taman tersebut.
Baik tua, muda, laki, perempuan, lokal, asing, dll..