Postingan
kali ini akan bercerita tentang pengalaman gw jalan-jalan kunjungan kerja di provinsi
paling utara di pulau Sulawesi akhir Maret 2012 lalu.
Senin,
26 Maret 2012
Jam
03.20 pagi gw udah naik ke mobil untuk menuju ke bandara. Kali ini gw diantar
bokap dan nyokap karena kebetulan mereka ada keperluan di bandara. Ketemuan
sama si Tita di Pondok Pinang jam 03.40, lanjut kita meluncur ke bandara.
Sampe
bandara sekitar jam 04.45, gw langsung menuju konter drop baggage karena sehari
sebelumnya gw udah online check-in, jadinya nggak perlu antri di konter
check-in biasa yang seperti biasa mengular dengan panjangnya.
Jam
05.00 kita shalat subuh di mushala, lanjut ke ruang tunggu F7. Sekitar 10 menit
nunggu di ruang tunggu, akhirnya jam 05.20 kita dipanggil untuk boarding dan
take-off tepat waktu jam 05.40 WIB. Perjalanan ke Manado kali ini Garuda
Indonesia GA600 tujuan Ternate yang akan transit di Manado.
Selama
hampir tiga jam penerbangan, gw sibuk menyelesaikan draft proposal untuk Bank
Mandiri. Iya betul, ini adalah kerjaan kantor satu gw, sedangkan perjalanan ke
Manado adalah kerjaan kator dua. Maklum double agent, hehehe..
Sekitar
pukul 10.00 WITA pesawat mendarat di Bandara Sam Ratulangi di Kota Manado. Ini
pertama kalinya gw menjejakkan kaki di Manado, meskipun yang ketiga kalinya
menjejakkan kaki di pulau Sulawesi.
Bandara Sam Ratulangi
Setelah
urusan bagasi selesai, kita langsung cari taksi untuk menuju hotel. Calo untuk
taksi bertebaran dimana-mana, tipikal bandara di Indonesia. Bahkan kita
menggunakan calo yang udah nawarin taksi ke kita waktu lagi nunggu bagasi. Kita
sepakat untuk bayar IDR 70.000 untuk ke hotel kita di kawasan jalan Jendral
Sudirman. Taksinya pun bukan taksi resmi seperti Blue Bird, melainkan kijang
Innova yang disupiri sama mas-mas bertato dan bercelana pendek.
Sebenarnya
banyak taksi Blue Bird di Manado dengan tarif yang sama dengan di Jakarta, tapi
mereka nggak berani masuk ke bandara untuk ngambil penumpang karena bandara
sudah dikuasai sama taksi-taksi gelap itu, mereka hanya berani mengantar
penumpang aja. Kalau mau repot, keluar bandara tinggal belok ke arah kiri ke
gerbang depan bandara, jarak gedung bandara dengan gerbang kurang lebih 500
meter. Di depan gerbang udah banyak taksi Blue Bird yang lalu lalang.
Sekitar
satu jam perjalanan kita sampe di hotel. Sebenarnya jarak bandara ke Jalan
Jendral Sudirman nggak terlalu jauh. Paling sekitar 15 kilo meter, tapi
ternyata di Manado sudah banyak kemacetan yang menghambat perjalanan kita.
Kali
ini kita menginap di Swiss-Belhotel Maleosan. Hotel ini udah kita booking
dengan government rate dari Jakarta beberapa hari sebelumnya. Tarifnya
IDR505.000 per malam untuk Superior Room dengan tempat tidur twin. Gw dapet
kamar no. 510 dan si Tita di no. 509. Hotelnya bagus dan lokasinya strategis.
Sangat recommended.
Room No. 510, Swiss-Belhotel Maleosan Manado
Setelah
menyelesaikan urusan administrasi, kita istirahat sebentar. Sementara gw juga
ngirim kerjaan yang sudah gw selesaikan di pesawat ke rekan kantor satu gw.
Sekitar
jam 13.00 setelah shalat zuhur dan ashar, kita berdua jalan ke Dinas Pendidikan
Provinsi Sulawesi Utara. Kita naik angkot sesuai dengan yang dikasih tau sama
petugas hotel dan turun di dekat gramedia.
Ongkos
angkot disini IDR 2.000 jauh dekat. Angkotnya pun lucu, semua tempat duduk
menghadap ke depan. Baris pertama ada dua tempat duduk yang nempel satu dan
lainnya, baris kedua juga ada dua tempat duduk tapi dipisahkan oleh gang, dan
baris ketiga ada tiga tempat duduk.
Angkot di Kota Manado
Sesampainya
di Dinas Pendidikan, semua orang yang akan kita temui sedang menghadiri upacara
pemakaman. Pada saat yang sama sepertinya memang ada seorang tokoh penting kota
Manado yang meninggal. Akhirnya kita hanya sempat reschedule jadwal pertemuan
untuk esok harinya.
Karena
memang tidak ada janji rapat lagi, setelah dari Dinas Pendidikan kita jalan ke
arah pantai untuk menuju Manado Town Square. Berbekal GPS, kita jalan kaki
menyusuri pusat pertokoan yang ada di sepanjang pantai. Dan ternyata jauh
banget sampe-sampe kita ngelewatin beberapa mall.
Sesampainya
di Manado Town Square sekitar jam 15.00 WITA, kita langsung nyari tempat makan.
Tertarik dengan diskon 50% yang ditawarin sama Excelso café, mampirlah kita
disana. Gw pesen steak ikan dori dan iced coffee seharga sekitar IDR 100.000,
tapi karena dapet diskon, jadi cuma bayar sekitar IDR 50.000.
Ikan Dori Goreng Flakes dan Iced Coffee
Setelah
makan, si Tita balik ke hotel sedangkan gw pengen nonton the Raid di bioskop
Manado Town Square tersebut. Mumpung ada waktu dan sekalian nyobain bioskop di
Manado, hehehe…
Selesai
nonton sekitar jam 20.30 WITA, gw kembali ke hotel dengan angkot 02, terus
turun di zero point untuk jalan kaki sekitar 1 km ke arah hotel. Jam 21.00 gw
sampe di hotel, beres-beres, lanjut gw internetan pake free wifi sebentar di
lobby, baru deh tidur.
Selasa,
27 Maret 2012
Sekitar
jam 07.00 pagi gw turun ke restoran di lantai 2. Si Tita udah makan duluan, iya
emang emte dia. Gw mulai dengan appetizer bubur manado, lanjut makanan berat,
dan ditutup dengan buah. Sayang sekali menurut gw rasa makanannya nggak terlalu
enak. Salah satu kelemahan utama dari hotel ini.
Untuk
agenda hari ini, gw dan Tita bagi-bagi tugas. Tita akan mengunjungi Dinas
Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja, sedangkan gw akan mengunjungi Universitas
Sam Ratulangi dan Poltek Negeri Manado. Kebetulan banget bokap gw punya kontak
orang penting di kedua institusi yang akan gw kunjungi, jadi cukup memudahkan
gw dalam bikin janji.
Setelah
makan, si Tita langsung meluncur memenuhi tanggung jawabnya, sedangkan gw
kembali lagi ke kamar, karena gw janjian sama orang Universitas Sam Ratulangi
sekitar jam 10.00 di hotel Aryaduta, cukup dekat dari Swiss-Belhotel.
Jam
09.30 gw naik angkot ke Hotel Aryaduta, gw ketemuan sama orang unsratnya di
salah satu coffee shopnya. Disitu gw beli hot cappuccino dan croissant keju. Gw
nggak tau harganya karena ditraktir si bapak itu, hehehe..
Setelah
ngobrol-ngobrol sekitar satu jam, gw pamit dan dapet sms dari orang Poltek
Negeri Manado, kalau dia lagi di Jakarta dan minta ketemuan di Jakarta aja,
hahaha.. jauh-jauh nyamperin ke Manado, orangnya lagi di Jakarta.
Setelah
itu gw menghubungi Pramono, kenalan gw orang Bappeda Sulawesi Utara yang pernah
kenalan semasa kerja di Bappenas dulu. Gw jalan menuju kantor Bappeda yang
bersebelahan dengan kantor gubernur Sulawesi Utara di jalan 17 Agustus. Naik
taksi Blue Bird hanya sekitar 15ribu rupiah dari hotel Aryaduta.
Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Utara
Sempet
ngobrol-ngobrol dikit sama si Pram di kantor Bappeda, gw minta beberapa data
yang terkait dengan kerjaan gw di Manado.
Selesai
ketemuan sama si Pram, sekitar jam 13.00 gw naik taksi menuju Universitas Sam
Ratulangi, simply untuk foto di depan rektoratnya. Setelah dapet foto di depan
rektoratnya, gw jalan lagi kearah Malalayang dengan berbekal GPS.
Universitas Sam Ratulangi
Tujuan
gw ke Malalayang adalah untuk makan siang, karena menurut Ersya, temen SMA gw
yang kerja di BPKP Sulawesi Utara, di Malalayang yang terletak di outskirt kota
Manado atau beberapa kilometer arah barat daya kota Manado, banyak
restoran-restoran yang menjual makanan khas kota Manado.
Dampak
dari terlalu percaya dengan GPS adalah: gw terbiasa jalan kaki kemana-mana.
Ternyata jarak dari Universitas Sam Ratulangi (tempat gw mulai jalan kaki)
sampe kumpulan restoran di Malalayang itu sekitar 5 kilometer. Alias jauh
banget bok.. Tapi jadinya gw bisa ngeliat peradaban di pinggiran kota.
Sekitar
jam 14.30 gw sampe di restoran Ocean 27. Gw masuk di restoran ini karena rame
banget dan ternyata pernah dikunjungi sama pak Bondan. Gw pesan ekor bobara,
sayur kakap, dan es teh manis cuma sekitar IDR 36.000. Murah banget mengingat
ekor bobara itu gede banget dan enak. Restoran ini juga letaknya di pinggir pantai,
jadinya kita makan dengan latar belakang laut dan pulau Bunaken.
Restoran Ocean 27, Malalayang - Manado
Selesai
makan gw balik ke hotel dengan menggunakan angkot. Sampe hotel sekitar jam
16.00. Sebelum balik ke kamar, gw booking tour untuk ke Bunaken dulu di
Maleosan Tour and Travel yang ada di lobby Swiss-Belhotel.
Berhubung
ini adalah weekdays dan bukan musim libur, peserta tour hanyalah gw dan Tita.
Walhasil satu orang harus bayar IDR 800.000 diluar peralatan snorkeling, karena
kita harus menyewa satu kapal besar sebagai fixed cost terbesar. Padahal kalau
pesertanya 10 orang, biaya per orang hanya IDR 300.000. Tapi ya mau diapain
lagi, mumpung udah sampe sini.
Setelah
itu gw kembali ke kamar untuk istirahat.
Jam
19.00, gw dan Tita janjian di lobby untuk makan malam. Seperti yang telah kita
browse sebelumnya, kita mau makan Nasi Kuning Saroja yang sangat terkenal di
situs-situs kuliner.
Setelah
kita tanya ke petugas hotel, mereka merekomendasikan untuk naik taksi. Setelah
taksi datang, ternyata lokasinya cuma sekitar 1 kilometer dari hotel dan kita
terpaksa bayar biaya minimum taksi seharga IDR 20.000, karena taksinya
dipanggil ke hotel.
Nasi
Kuning Saroja yang terletak di Jalan Diponegoro ini adalah nasi kuning biasa
dengan tambahan telur rebus dan bumbu ikan asap, khas Manado banget sih
aromanya. Satu piring harganya IDR 16.000. Rasanya sih menurut gw nggak terlalu
berbeda dengan nasi kuning yang ada di Jakarta. Setidaknya been there done that
aja lah ya..
Nasi Kuning Saroja
Setelah makan, kita kembali ke hotel dengan
jalan kaki, yang ternyata cuma sekitar 20 menit aja. Sampe hotel sekitar jam
20.30, beres-beres, dan istirahat.
*bersambung ke post berikutnya