Beberapa hari ini gw lagi sering banget bepergian pake mobil. Artinya gw lagi sering ngelewatin jalan2 raya. Nah, tiap kali nyetir, pasti dosa gw nambah.. Dosa tersebut berasal dari makian2 yang selalu gw lontarkan baik dalam hati ataupun -dalam kadar yang paling parah- klakson gw teken tanpa henti.
Oke, kenapa gw maki2? gak lain gak bukan adalah karena musuh sejagat gw: ANGKOT..!! dan tidak lupa alay2 bermotor..
Seperti yang udah gw pernah gw tulis di status facebook gw, kalau jalanan di Indonesia ini mau tertib, mengurangi kemacetan, mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalanan, mengurangi tingkat kecelakaan: HAPUSKAN YANG NAMANYA ANGKOT..!!
Yang mau protes? sabar, gw punya argumen dibalik itu..
Angkot, metro mini, kopaja dan wujud2 lainnya tetep harus dihapuskan. Tapi, di saat yang sama, pemerintah harus menggantinya dengan yang namanya Transportasi Publik. Bedanya apa??
Beda, kalo transportasi publik -as indicated with "public" word- adalah milik pemerintah yang disediakan demi kesejahteraan masyarakat. Artinya, tidak ada kepemilikan pribadi pada transportasi publik tersebut.
Skenario yang kebayang sama gw adalah: pemerintah ngebeli semua angkot dan antek2nya yang udah gak layak pakai yang udah ngeluarin asep item dll dari juragan2 angkot. hal ini memang akan jadi sunk cost, karena kendaraan2 tersebut paling bakal dibuang ke teluk jakarta buat dijadiin termubu karang di masa yang akan datang. Satu permasalahan polusi udara terselesaikan.
Selanjutnya buat juragan2 angkot yang masih punya angkot layak pakai, mereka harus menjaga sedemikian rupa emisi gas buang dari kendaraan2 mereka, dan menstandarisasikan kondisi kenyamanan angkot2 mereka sehingga layak huni. Lalu pemerintah menyewa kendaraan2 tersebut sesuai dengan keseimbangan setoran yang mereka peroleh setiap harinya.
Lalu pemerintah menggaji para supir2 yang ada untuk narik kendaraan2 yang udah disewa tadi, dimana mereka tidak akan punya insentif apa2 kalau banyak yang naik, atau disinsentif kalo sedikit yang naik. Dampaknya adalah, tidak akan ada lagi angkot2 yang ngetem, berhenti sembarangan nyari penumpang, dan waktu antar transportasi publik bisa diprediksi (seperti halnya busway).
Sampai saat ini juragan angkot dan para supir sudah tidak worse off, tapi kondisi lalu lintas menjadi better off. Pemerintah lalu dapet duit dari mana??
Tetep, tiap orang yang naik transportasi publik tadi harus bayar ongkos. Nah, ongkos ini harusnya disubsidi, jadinya memberikan insentif orang untuk naik transportasi publik, alih2 kendaraan sendiri. Ongkos tadi adalah salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai penyewaan kendaraan ke juragan angkot dan gaji para supir.
Harusnya pemerintah masih nombok. Gimana caranya? Pemerintah bisa naikin pajak kendaraan bermotor dan tarif parkir. Hal ini menjadikan disinsentif bagi masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi publik. peningkatan penerimaan tersebut harusnya kurang lebih cukup (pun masih harus diteliti lagi sih) untuk membiayai skenario tersebut.
Well, skenario ini sangat2 tidak mudah untuk diterapkan. Tapi bukan berarti tidak mungkin diterapkan. Karena seluruh kota besar di negara maju menerapkan sistem gaji buat para pengemudi transportasi publik, bukan dengan sistem setoran..
Wallahualam..
Elmira First Photo Shoot
9 years ago